Perjalanan Mengantar Trah Ke Dunia

Senin, 22 Februari 2016

Usia kehamilan memasuki minggu ke 39 kurang 1 hari. Belum cuti, sengaja ambil cuti pas HPL (1 Maret 2016). Pertimbangan ini sudah diambil secara matang karena terus terang badan masih kuat untuk beraktifitas, lagipula kalo di kantor lebih aktif daripada di kontrakan yang mungil ini, itung-itung kaya olahraga, alhamdulillah juga di kantor yang sekarang lagi masuk musim minim lembur, jadi ga stress hehe. Dan juga, Rumah Sakit serta dokter aku lebih deket ditempuh dari kantor, jadi kalo ada apa-apa, bisa cepet sampe.

Pagi itu, aku masih ngantor seperti biasanya.Ada beberapa meeting dan interview, namun aku merasakan sesuatu secara konstan dari jam 9 pagi, kaya kesemutan di perut tapi berkepanjangan, pinggang juga panas, kalo dibuat duduk makin berasa. Ah apakah ini kontraksi yang ditunggu-tunggu itu?

Sensasi itu muncul dan hilang seiring waktu, menjelang pukul 3 sore muncul lagi, aku terus melanjutkan aktifitas, nah di jam 5 semakin intens, aku segera menelpon Miku (alhamdulillah (lagi) kantornya deket banget dari kantorku, aku di Rasuna Said dan dia di Mega Kuningan, jadi siap siaga setiap saat deh), dia menjemput dan kita segera ke Siloam Semanggi.

Masuk ke emergency dan kemudian diantar ke ruang observasi untuk dilakukan CTG, ini pertama kali nih pake alat ini, alat ini untuk mencatat seberapa besar dan seringnya kontraksi + rekam jantung bayi.

Cb0U0nuVIAA5Gy-

Kata bidan, aku udah bukaan 1. WAH! ASLI GIRANG! Yay yay yay! Namun kontraksi masih 10 menit sekali, jadi aku boleh pulang atau mau stay di RS. Berbekal artikel-artikel yang aku baca dan juga pengalaman temen-temen, rata rata kalo bukaan masih segitu mending pulang aja dulu, kalo nambah dan makin intens baru dateng lagi.

Akhirnya kita pulang deh, dan membawa perasaan senang, karena bentar lagi ketemu Debay!

Selasa, 23 Februari 2016

Hari ini memutuskan untuk memajukan cuti lahiran, takutnya kontraksi makin nambah kan yaaa. Jadi yang dilakukan sedari pagi adalah hal-hal yang bisa memacu kontraksi atau bukaan. Aku jalan pagi, ngepel mundur, latihan hypno-birthing, baca buku ASI, dll. Semua didedikasikan buat cepet ketemu ama #BabyT

Namun, ga ngerasain lagi kontraksi kaya di hari sebelumnya.

Rabu, 24 Februari 2016

Masih melakukan hal-hal yang sama seperti di hari sebelumnya. Udah jadi Inem banget deh di rumah, ngepel, ngosek kamar mandi, semua dilakukan untuk memacu kontraksi. Karena bosen juga di rumah, jalan-jalanlah ngiterin Mall. Katanya banyak jalan juga bagus kaaan.

Namun, lagi lagi belum merasakan kontraksi.

Kamis, 24 Februari 2016 – Minggu, 28 Februari 2016

Ini udah mulai masuk masa-masa galau, karena setiap orang nanyain perkembangan mulu yang mana aku juga nungguin dan belum  ngerasain apa apa :(. Mana teman-teman sepermingguan dari berbagai circle satu per satu udah mulai lahiran, aku jadi ga sabar juga pengen ketemu debay :(((

Semua cara untuk menambah kontraksi atau induksi alami sudah aku lakukan terus, bahkan aku nyempetin babymoon lagi ama Miku, kita staycation di salah satu hotel di Jakarta, sekalian berenang-berenang buat ngelatih pernapasan. Aku juga nyempetin diri buat nonton gig terakhir Efek Rumah Kaca di Jaya Pub, dengan harapan kalo dengerin musik – musik si baby bisa bereaksi di dalam. Iya sih, pas nge-gig, perut emang jadi lebih kenceng, tapi pas pulang udah deh biasa lagi. Huhuhu debay kamu betah banget di dalaaaam.

Senin, 29 Februari 2016

Aku punya obsesi untuk ngelahirin Debay di tanggal ini, Baby Leap Day. Menurut aku, jadinya unik kalo dia lahir di tanggal yang hanya muncul 4 tahun sekali. Merasa spesial gitu. Baca baca artikel http://www.dailymail.co.uk/femail/article-2107744/Leap-year-babies-make-unique-birthdays.html dan manggut manggut kenceng. Seru yah kalo punya baby leap day. Ulang tahun akan jadi hal yang unik.

Dengan obsesi itu, aku punya keyakinan kalo memang Debay nungguin tanggal ini. Aku lagi lagi mengerahkan semua tenaga supaya hari itu aku kontraksi.

Dan ternyata ….

Aku gak ngerasain apa apa lagi. Malah aku jadi parno dan dikit dikit ngecek detak jantung bayi pake doppler di rumah. Ngitung gerakan sampe kalo kelewatan ngitung kaya nyalahin diri sendiri. Aku bertanya-tanya,  Is he still there?  kok ga keluar keluar sih :(( asli, sedih dan galau.

Mana tiap hari semua orang juga nanya-nanya mulu, gak cuma keluarga, di media sosial juga. Hal biasa sih tapi aku jadi makin sensi.

“Haaah, belom nambah juga kak?”

“Kak belom lahiran juga?”,

Males jawabnya, lemes juga kalo tiap ditanyain ginian, mau nangis karena aku juga ga tau kok belom lahir-lahir. :((

Selasa, 1 Maret 2016

Ini adalah Hari Perkiraan Lahirnya si debay, dan lagi-lagi aku masih belom merasakan kontraksi. Udah deh, di titik ini aku galau segalau-galaunya, makin sensitif, ga bersemangat. Padahal udah baca-baca beberapa artikel & blog kalau tiap kehamilan bisa bervariasi lahirannya, bisa kurang atau lebih dari HPL. Tapi karena udah ada bukaan 1 yang ga nambah-nambah ini yang bikin aku kepikiran, dan capek mikirin ini mulu.

Curhat ama Tasya, sahabat aku dan dia kasih kata-kata yang menenangkan.

” Ne, tugas kita itu nganterin dia (bayi) ke dunia, caranya gimana ya terserah dia dan Tuhan. Semangat, be happy dan percaya, semua yang dilewatin ini gak akan ada apa-apanya begitu kamu ketemu dia” – Artasya Sudirman

Alhamdulillah, memang jadi lebih tenang. Untuk mengalihkan fokus keesokan harinya aku memutuskan untuk kembali masuk kantor dan bekerja.

Jumat, 4 Maret 2016

Nah di kantor, biar pikiran udah teralihkan ama kerjaan tetep aja ngecekin tanda-tanda kan. Saat ke kamar mandi, aku mengecek undies dan bingung karena ada semacam selaput putih yang nempel di undies aku, apakah ini mucus plug? atau keputihan? supaya lebih pasti, pulang dari kantor, aku & Miku memutuskan untuk ke Siloam Semanggi melakukan CTG.

Kontraksi memang ada tapi belum beraturan, bukaan juga ternyata udah meningkat, dari bukaan 1 ke bukaan 1 longgar. #Eaaa, nambah dikit doang. Ditawarkan untuk rawat inap tapi daripada aku galau di RS, mending aku pulang karena Sabtu berencana untuk ke dokter dan juga ikutan senam-senam hamil.

Sabtu, 5 Maret 2016

Pagi, ikutan senam hamil di Siloam Semanggi. Bidan yang jadi pengajar menyemangati aku “Ayo buk, ini senam hamil terakhir”. Kemudian sorenya, aku check up rutin ke Dr. Alvin Setiawan. Dari hasil pemeriksaan beliau, ketuban aku masih cukup, namun dia menanyakan apakah aku masih mau menunggu lagi?

Akhirnya kita mengambil keputusan jika hari Minggu besok belum ada kontraksi, maka nanti di hari Senin aku akan masuk ke Siloam dan menjalani proses induksi, Dr Alvin memberi catatan, jika induksi aku gagal selama 1 x 24 jam, maka harus dilakukan C-Section.

Ok, Bismillah. Aku berserah.

Minggu, 6 Maret 2016

Hari ini, dipakai untuk memanjakan diri. Pagi hari aku memanggil pijit spa hamil langganan dari Alexandra Home Spa, kemudian aku juga berjalan-jalan ke Sency seharian sama Miku dan Ibu, dan tak lupa aku creambath. Aku ingin merasa cantik, menyambut si debay besok.

Malam harinya, belum ada kontraksi juga. Oke, skenario induksi berarti akan dijalankan besok pagi.

Senin, 7 Maret 2016

Terus terang, aku ga bisa tidur di malam harinya. Aku sholat dan berusaha tidur lagi karena aku harus mengumpulkan tenaga. Bangun pagi-pagi, Miku mempersiapkan semua keperluan untuk dibawa ke RS. Aku menyiapkan diri, mandi, dan tak lupa dandan. Berbekal doa, bismillah, hari ini bisa ketemu Debay.

Sebelum berangkat, aku sungkem dulu ke Ibu sama Romo dan juga Miku, aku minta maaf jika ada kesalahan selama ini dan meminta restu agar proses bersalin dimudahkan. Pagi yang haru, tapi memang hari ini adalah hari yang besar bagi kami sekeluarga.

Sempet mampir kantor sih aku, membereskan sesuatu sedikit, lalu beranjak ke RS.

Sampai di Siloam Semanggi, kami langsung menuju lantai 31 dan aku masuk ke ruang observasi. Suasana ruang observasi di Siloam sangat nyaman, aku diberi ruangan sendiri dan keluarga bisa menemani.

Skenarionya adalah, aku akan diberi obat induksi dalam waktu 6 jam akan diberikan obat induksi ke dua, kemudian malamnya akan diinfus induksi.

Bidan sedikit memberikan aku informasi

“Bu, jangan kaget ya, induksi ini 3x lebih sakit daripada normal”

Walah, persalinan normal aja aku belum tau rasanya gimana, bismillah aja lah, aku udah menyiapkan diri. Semua rasa ini pasti akan membuatku lebih cepat ketemu debay.

10:30 aku meminum obat induksi pertama

Belum merasakan apa-apa, aku gunakan untuk tidur sembari mengumpulkan energi.

12:00 sudah mulai merasakan kontraksi yang kuat banget. Perut jadi sangat keras, seperti mau menstruasi tapi berkali-kali lipat, punggung dan pinggang juga memanas dan seperti kesemutan. Wah rupanya kontraksi 2 minggu lalu ga ada apa-apanya dibandingkan ini. Seru. Semoga ini pertanda obatnya bekerja dengan baik di tubuhku.

14:00 kontraksi semakin kuat, aku segera beranjak dari tempat tidur dan merangsang kontraksi / bukaan dengan berjalan-jalan di dalam ruangan, squat, dan melakukan pelvic rocking di gym ball. Kontraksi yang semakin menguat aku juga meminta Miku untuk memijit & mengusap-usap punggung seperti yang diajarkan saat kelas hypnobirth. Asli, sentuhan dari suami sangat amat menenangkan di proses-proses induksi kemarin.

Bidan datang untuk mengecek dan rupanya, kontraksi yang terjadi sudah 2 menit sekali, dan aku sudah bukaan dari 5 ke 6! WAW. Setelah sekian lama bertengger di posisi bukaan 1, ini sekaligus langung naik beberapa angka. Aku jadi semangat! Aku segera bertemu debay!

Kata bidan, jika kontraksi konsisten dan bertambah, aku tidak perlu lagi mengkonsumsi obat kedua.

15:00 aku kembali mengalihkan sensasi dari kontraksi dengan berjalan kaki di ruangan, squat, pelvic rocking seperti sebelumnya, juga dengan latihan pernafasan yang diajarkan saat senam hamil. Miku juga memasangkan playlist yang dia buat dan kumpulin untuk membuat suasana ruangan menjadi tenang & damai.

Hingga kemudian, BYUR! ada air dalam jumlah banyak yang seperti pecah dan mengucur, wah itu air ketuban. Bidan sudah tidak memperbolehkan aku berjalan-jalan lagi dan meminta untuk stay di kasur.

16:00 kontraksi semakin kuat, dari arah belakang aku seperti ingin mengejan/ mengeden, namun bukaan aku belum lengkap, saat dicek oleh bidan, aku sudah ada di bukaan 8 menuju 9. Ya ampun, aku juga tidak menduga secepat itu bukaannya. Masih belum boleh mengeden. Badan aku sudah semakin lemas karena proses yang begitu cepat, kontraksi yang sangat kuat dan rasa yang sensasional.

16:30 – 17:45 aku tidak begitu ingat waktunya, namun dalam rentang waktu ini, saat dilihat posisi kepala bayi masih tinggi, aku diminta mengejan dengan posisi berbaring ke kiri saat ombak kontraksi datang. Tapi asli, aku bisa lupa cara mengeden seperti pup. Yang kulakukan adalah mengejan dengan menggunakan tenggorokan. Dokter datang di saat-saat ini, aku sudah mulai memasang posisi lahiran (mengangkang), saat kontraksi datang aku diminta mengejan. Entah karena aku sudah kelelahan, nafas aku tidak bisa panjang. Semua pengedenan yang aku lakukan belum membuat posisi kepalanya turun. Sesungguhnya aku merasa lelaaaah sekali, saat kontraksi hilang rasanya aku ingin tidur, tapi  Miku tak henti-hentinya memberikan semangat. Aku sudah berkali-kali mengejan, kepalanya belum turun. Akhirnya Dokter mengatakan hal yang sungguh di luar skenario kami

“Ini kalo sampai jam 6 belum keluar juga, kita lakukan Vacuum ya. Kasian bayinya kalo di jalan lahir terus”

Aduh, ini apa lagi, huhuhu vacuum tuh kaya gimana? Aku cuma bisa pasrah kalo memang itu yang terbaik. Aku berusaha mengeden sekuat tenaga dan nafas yang aku punya. Hingga jam dinding bergerak ke jam 6 tepat, Miku menandatangani surat pernyataan persetujuan untuk vacuum. Bidan dan dokter menyiapkan alat vacuum.

Aku sudah tidak mengingat apa-apa di menit-menit ini, kontraksi sedemikian kuatnya, aku juga berusaha mengatur nafas dan mengumpulkan tenaga, samar-samar terdengar suara

“Bu, tetap bantu bayi didorong dengan mengejan ya saat divacuum”

Aku harus terus berjuang, bismillah, kukumpulkan semua tenaga. Aku juga ga tau apa yang terjadi di bawah sana aku ga bisa melihat apa yang dokter lakukan, aku berusaha mengejan, terdengar Miku berkata “Sayang, sayang.. itu Trah ayo sayang ayo”

6:06 Ada sesosok bayi yang diantarkan ke dadaku, dan bidan berkata “Ayo bu, dipegang bayinya”

Hah? Ini Bayiku? Ya Allah, Subhanallah.. Seketika itu, hilang semua sensasi-sensasi yang aku rasakan sebelumnya. Aku masih tidak menyangka, Trah sudah keluar dan kini dia ada di pelukan. Aku menoleh masih tidak percaya ke arah Miku, dia tengah menangis dan berkata “We did it honey”.

Aku melakukan IMD, dan kemudian Trah diangkat bidan untuk dibersihkan dan diukur. Aku tak henti-hentinya mengamati dia dari tempat tidur. Oh, bayiku. Aku mengamati jari jari kecilnya yang selama ini aku hanya lihat dari hasil USG. Aku menyimak paras wajahnya, yang selama ini ia selalu sembunyikan saat melakukan proses 3D/ 4D.

Matanya, rambutnya yang gondrong (di luar dugaan sama sekali), bibir mungilnya, tangisannya.

Alhamdulillah ya Allah, terima kasih, terima kasih, terima kasih.

Sejam kemudian Ibu datang ke ruang observasi dan menangis, keluarga menungguiku dari ruang sebelah dan mereka mendengar semuanya. Aku berkata ke Ibu, “Bu, dulu Ibu juga memperjuangkanku seperti ini, makasih ya, sekarang aku mengerti”.

Processed with VSCOcam with hb1 preset
Trah, saat dibersihkan.
Processed with VSCOcam with hb1 preset
Tangisan Trah yang memecahkan rasa haru, syukur, bahagia di ruangan Observasi.

Trah Kandara Biru, lahir pukul 18:06 ditemani dengan suami dan juga keluarga .Cucu pertama dari orang tuaku, cucu ke lima dari mertua. Semoga dia selalu diberi kesehatan hingga tumbuh besar nanti. Terima kasih atas bantuan doa dan support dari semuanya :’)

Screen Shot 2016-01-06 at 3.27.06 PM