Tentang Ketakutan

takut/ta·kut/ a 1 merasa gentar (ngeri) menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana ; takwa; segan dan hormat; 3 tidak berani (berbuat, menempuh, menderita, dan sebagainya); 4 gelisah; khawatir, rasa gelisah

Seiring bertambah usia dan pengalaman, rasa takut itu semakin berkembang ya…. dan bertambah daftarnya. Dulu waktu kecil takutnya ama hantu, takut dimarahin orang tua, takut jatuh dari sepeda and so on. Berlanjut ke masa sekolah, kuliah, saat jatuh cinta pertama kali, patah hati pertama, bekerja, menikah, hamil, selalu timbul ketakutan dan kecemasan yang baru. Walaupun, ada beberapa ketakutan yang ternyata berhasil ditaklukan.

Kini, setelah menjadi seorang Ibu. Seperti yang sudah diduga, lahir pula ketakutan-ketakutan baru yang sudah siap menyebar di kepala. Di hari ini, aku mau jujur mengungkapkan, apa apa saja yang aku takuti:

  • Aku takut tidak punya uang lagi. Masa kecil yang pernah terbilang susah membuat aku tidak ingin mengecapnya lagi. Aku tidak ingin anakku juga melewati hal yang sama.  Aku ingin berkecukupan hingga tua nanti.
  • Aku takut kehilangan keluarga. Tadinya aku menuliskan panjang lebar alasannya tapi trus aku hapus. Aku ga sanggup menyelesaikannya. I JUST CAN’T! Astaghfirullah, semoga keluarga selalu dilindungi dimanapun berada.
  • Aku takut terluka/ dilukai/ celaka. Begitupun jika itu menimpa suami/ keluarga. Makanya aku selalu khawatir setiap mereka pergi tanpa aku.
  • Aku takut tidak lagi punya/ dapat/ mencipta inspirasi. Karena hal hal menjadi biasa atau terlalu terbiasa. 
  • Aku takut tidak menjadi orang yang tidak dianggap. Kehilangan eksistensi baik di pekerjaan atau di dunia social media
  • Aku takut kehilangan pekerjaan dan kesibukan. 
  • Aku takut bahagia. Karena aku takut kesedihan yang mungkin bisa timbul setelahnya.

Sempat melempar topik ini ke twitter, mereka juga mempunyai ketakutan terbesar dalam hidup:

“Ga punya arti apa2, when ur absence is nothing untuk orang di sekitar terlebih untuk orang yang disayang” – @rizkikiadha

“Takut alam ini semakin rusak, anak cucu tidak hidup layak, eksistensi kt jadi sia2” – @puyull

“Ketakutan terbesar? My ego, my mind, my feel. Entahlah. Kadang nakutin gitu. Kehilangan orang yg disayang dan kehilangan jati diri juga” – @dddyyyaaahhh

“takut nggak bisa sepenuhnya jadi diri sendiri karena tekanan sosial” – @deboratobing

“Takut dapet penolakan, jadinya selalu berusaha menyenangkan orang lain” -@ccitra_

“kehilangan kemanusiaan yang ada dalam diri.” – @nisankubur

“meninggalkan orang yang kita sayang tanpa kesempatan untuk mengucap selamat tinggal yang layak” – @chesterdee 

Membaca keakutan-ketakutan di atas somehow membuat aku tidak sendiri. Setiap orang mempunyai ketakutannya masing-masing. Ketakutan memang akan selalu ada tapi itu mungkin adalah bensin atau bahan bakar bagi semangat atau rasa berani kita. Ketakutan mungkin hadir untuk membuat kita tau apa saja hal hal yang berharga bagi hidup kita.

Sepertinya, kita tidak akan mengenal lebih dalam tentang diri sendiri jika belum berkenalan dengan rasa takut. 

Hi rasa takut, wujudmu seperti apa? ketika tiba, semoga Tuhan sudah memberiku bekal kesiapan yang cukup. Untuk menghadapimu. Dan berdamai denganmu. Dan membiarkanmu…

Pasrah, berserah, bersyukur, bismillah.

Screen Shot 2016-01-06 at 3.27.06 PM

Mau baca tulisan Geng Wonderful Blogger dengan tema “Seram”? Kunjungi