Kau (versi @fatimaalkaff)

Kata-katanya terlalu indah untuk tidak diabadikan di tumblr ini. Fatimaalkaff salah satu org yang menjadi inspirasi saya. Ini adalah balasan “KAU” versi saya.

Kau, peracik rindu yang mencampur tawa dengan cinta

Kau, pengatur suhu yang mengubah arti hati

Kau pengaduk rasa, entah menderita atau berakhir bahagia

Kau, membuat kata Sempurna jadi tak bermakna

Kau pemantik api, membakar arang rindu menjadi abu

Kau merakit sirkuit logika menjadi sekedar Cinta

Kau, wujud mimpi saat aku terjaga

Kau, entah apa -definisi tak hingga dalam angka Satu. Kamu

Kau, satu dalam rindu. Kita, dua dalam cinta

Kau, lebih dari sekedar mimpi jadi nyata. Kau, surga di alam neraka

Kau, pelatuk peluru dalam senapan rindu

Kau, hormon yang merancukan penat dengan nikmat

Kau membuatku tidak tertarik dengan Nirwana. Maaf, Dewa

Kau, menulis kisah kita membuat kisah Mahabharata terdengar Mahabiasa

Kau tahu Semesta? Itu ruang hampa. Seperti aku. Tanpamu

Kau, lingkaran sempurna dalam kotak tak berhingga. Mustahil yang masuk akal

Kau, rumit yang sederhana. Sepotong indah yang tidak mudah

Kau, kurva waktu yang tak berbanding lurus denganku. Cinta memang tidak pernah tepat waktu

Kau, abjad keduapuluh tujuh, hanya Tuhan yang tahu

Kau, sebutir bintang yang terpasung selama jutaan tahun cahaya, hanya saja aku baru melihatnya

Kau, tetes dopamin dalam syarafku, sungai serotonin dalam otakku

 Kau, wujud reinkarnasi dari karma seorang Dewa yang jatuh cinta pada manusia

Kau, hari ke-delapan dalam seminggu. Kau khayal yang nyata dalam imajiku

Kau, hari ke-delapan dalam seminggu. Kau khayal yang nyata dalam imajiku

Kau, selembar kain tenun dari benang menunggu, dan jarum rindu

Kau, bukan puisi, bukan kisah prosa. Kau hanya asa, di setiap rasa

Kau, sejarah dalam rekaman masa depan, kuputar pada layar harapan

Kau, baris kata yang menyerang syaraf rindu, gumpalan kalimat yg menyumbat jantungku

Kau, simpul telepati yang mengecoh canggihnya teknologi

Kau, membangunkanku dari koma, dengan semesta alenia

Kau, membuat garis waktuku menjadi ceracau, dan ruang hatiku menjadi kacau

Kau, medan magnet yang tidak pernah gagal menarikku dalam pelukmu

Kau, gulir pelan yang mengalami percepatan

Kau, jelmaan keniscayaan

Kau, akhir yang tak berkesudahan