Aku terjebak di hari lalu.
Saat itu langit masih biru.
Pelangi pun berlapis rapi di sisi itu.
Gumpalan awan putih selalu bergerak
Dan laut itu pelan berombak
Ingatkah jalan itu.
Aku berdiri di samping pintu berwana merah terbuat dari kayu
Kau datang dan kemudian menggenggamku
Dimana aku berjalan tak menentu bersamamu
Simfoni tawa yang ada bagaikan candu
Mengisi setiap malam yang tak pernah bisu
Kita bersepeda dalam padang kebahagiaan
Dan berenang di danau kenyamanan
Kau menarikku dari jurang kegundahan
Aku menolongmu dari celah kebosanan
Kita warnai bersama setiap lembar kehidupan
Berteman dengan peluk dan kecupan
Penuh akan hangat perhatian
Aku ingat betul bentuk otakku yang penuh dengan kamu
Dan lidah kelu ku karena selalu mengucap namamu
Serta sel kulit yang saling bersentuh menyetrum reaksi debar jantungku
Dimana paru-paruku sebagai sarang deru nafasmu
Lalu pandangan mataku yang kian maya dan yang nyata adalah gurat wajahmu
Ya aku masih ingat, kuuingat semua itu kuat kuat.
Ketika kita berkaca, kita tampak sama.
Terlalu sama.
Hingga aku lupa aku ini sesungguhnya seperti apa
Aku terlalu mengingatmu
Aku rasa aku berlebihan mengenalmu
Hingga aku lupa bagaimana aku
Sampai suatu saat aku sadari
Aku ingin sesuatu untuk kau beri
Aku hanya minta bunga lily
Namun kau akhirnya tak pernah kembali.
Aku hanya ingin dewasa bersama
Tapi kau akhirnya tak pernah ada
Aku ingin menangis. Aku memang egois.
Genggaman tangan itu terlalu erat untuk bisa kulepas
Kecup itu terlalu mengikatku hingga aku tak bisabebas
Pelukannya terlalu hangat untuk kuhempas
Itu semua masih menguat di alam bias
Aku tak tahu apa yang terjadi dengan hati dan impiku
Padahal aku sudah di hari ini dan tak akan pernah bisa kembali
Aku merasa nadi ini masih punya nyali
Aku masih bisa berlari
Aku hanya tak ingin berhenti
Aku dengan tegas menolak sepi
Apakah ini adalah akhir? Apakah rasanya selalu begini?
Aku baru memulai, Aku tak ingin selesai
Dan kembali lagi aku menunggu di jalan itu
Tepat di sebelah pintu saat pertama kau datang kepadaku.
Sendiri aku bersandar dan tegak berdiri
Aku tak ingin bergeser barang se- centi
Otak kecilku berbicara pada hati
Ada kalanya nanti anak kecil bersayap yang dikenal sebagai peri
Akan datang menghampiri
Agar kamu berhenti mengamati jalan itu semenjak dia pergi
Dengan harapan dia kembali membawa kunci dengan bunga lily
Tak lama setelah itu Cupid datang
Menyuruhku menutup mata dan kembali bermimpi
Dan dia berbisik :
?aku tidak akan menembakmu dengan busur ini, kau akan tertusuk dan merasa perih bagai duri. Aku akan memberi saja cinta ini. Dan kau akan bisa berjalan lagi, dengan yang baru dan tentu saja lebih berarti hingga kau mati. Namun bagaimana bisa aku memberi?. Tanganmu saja masih mencengkram erat kenangan bulat. Yang penuh masa lalu hitam yang pekat. aku akan menunggumu hingga waktu kau bisa melepaskan itu lewat. Dan hingga masa itu, apa yang bisa aku bantu? untuk membuatmu kuat mengarungi ini??
Aku menjawab:
?Beri aku kemarin, satu kali lagi!?
Rahne Putri
11/02/10 4.55 pm