Kususuri lorong itu. Pelan
Hening, tenang, tiada sesiapa.
Ini adalah lorongku menuju hamparan hijau disana.
Aku terhenti, kupejamkan mata.
Kuhirup lekat lekat udara kemenangan bercampur rumput basah
Yah aku yakin tidak akan kalah
Keyakinan ini sebulat tekadku yang terus kuasah selama belasan tahun berlatih sepak bola.
Dimana hari hariku selalu berkeringat
Menggiring bola bulat, yang akan kutendang dengan kuat
Kudengar suara gemuruh riuh suporter. Samar. Menggema. Tepukan itu lantang dan terus terngiang.
Suara peluit, yel yel dan beberapa mengumandangkan nama. Yah, namaku lebih tepatnya.
Sundulan mautku memukau mereka, mereka selalu bertanya kakiku tercipta dari apa? Magnetkah?
Bola seakan selalu melekat di telapak.
Seruan nama yang muncul selalu memacu degup jantungku, aku tak ingin mengecewakan mereka.
Ini adalah hariku. Ini adalah pertandinganku.
Kupertaruhkan semua untuk hari ini. Ribuan gol yang kucetak hanya untuk malam ini.
Satu piala. Sebuah kebanggaan. Dan cerita, untuk selamanya.
Aku bisa membayangkan headline, dan bertambah lagi artikel berfigura di sudut dinding rumahku.
Aku tak sabar untuk semua itu.
Telah tibaku di ujung lorong, menuju cahaya terang.
Aku membuka mata. Silau, suara pengelu semakin memudar.
Semua berpendar, pikiranku berpencar.
Aku lunglai.
Semua sepi. Tak ada teriakan lagi.
Stadion itu hampa.
Sekarang, disini.
Hanya ada aku dan kursi roda.
Rahne Putri
~ini adalah karya yang ada pada e-Magz Hermes For Soccer~