Pencinta Kata (Part 20)

Teruntuk Zarry, senyawa pelengkap kata-kataku

Ini sudah seminggu, kau pun tak jua membalas email yang aku lapisi dengan sesal dan maafku. Ya. Rasanya sesak. Kini aku pun merasa hal yang sama dengan yang kau rasa ketika aku sendiri dan kehilangan teman beradu kata. 

Zarry, kau penggiring kata kataku menuju makna. Kini kata-kataku berdiri bagai domba yang berkeliaran tak bertuan, siap diterjang serigala berwujud sepi. Apa benar kau tega membiarkan aku sendiri?

Zarry, jika kata-kata adalah panggung. Maka kau adalah satu satunya yang berdiri disana. Kau menghilang begini aku harus mencari panggung dimana lagi? Aku adalah fans no 1mu yang tak lagi mampu lagi berkawan dengan kata. 

Ini sungguh sangat amat tidak biasa. 

Apa perlu aku menangis hingga menghanyutkanku sampai di pintu hatimu?

Zarry aku sungguh sangat khawatir. Apa yang sedang terjadi? katakan. Aku yakin kau menyimpan sesuatu, dan ini bukan saja tentang waktu yang kulipat denganku sendiri dan mengabaikanmu. Ada sesuatu yang lebih menyakitimu selain aku. 

Bagilah Zarry. Sertakan aku dalam sakitmu. 

Aku ingin menganyam semua huruf dan kurangkai untuk menjadi mahkota di kepalamu. Kembalilah jadi Zarry yang dulu. Kini aku sedang menggantungkan maafku ke langit agar nantinya ia turun sebagai hujan. Membasahimu perlahan dan kau kuyup akan rasa sesalku. 

Kuhapus segala kata akhir yang pernah ada. Mari kita menjadi awal lagi. Aku tak mau pergi menuju pulau sepi dan berdiri sendiri tanpa kenal kata-kata lagi. 

Ini adalah maaf kedua, semoga bisa menembus pagar hatimu. Jika tidak aku yang sedang berdiri di bukit rindu ini siap terjun pada jurang sembilu.

Balas suratku Zarry. Sertakan juga senyummu.  

Tertanda,

Rahne 

prev: http://pencintakatazr.tumblr.com/post/2155312502/part-18