Pernah suatu waktu, seorang musafir yang kesepian berkata padaku “kau tak punya pintu hati”
Wahai musafir, pintuku terbuka, selalu kubuka. Namun ia berada di balik terjal dan tebalnya dinding.
Aku membangun tembokku terlalu tinggi, terlalu kokoh. Terperangkapku dalam sepi yang kubangun sendiri
Terserah musafir, apakah kau berlalu seperti mimpi, atau mencoba memanjat dan membongkar dengan tangan sendiri. Untuk masuk di kuil hati.
Dan disinilah aku, berdiri tepat di belakang pintu. Bersiap menyambutmu, yang mana derap langkahmu telah terdengar, dan parasmu membuatku gusar.
Setelah itu. Mari kita terpenjara berdua.
Dalam rasa
Selamanya