Tenang

Angin bersemilir, kerinduan meradang. Dari suatu sudut kamar aku menengadah ke cawan langit. Memperhatikan setiap lekuk malam. Kupejam mata, dan kamu terlukis di dalamnya.

Kuhela nafas. Dalam sunyi aku tahu aku tak sendiri. Walau lenganmu berjarak ribuan hasta dariku. Aku tenang.

Walau sorotmu berada dibawah arak awan yang berbeda. Aku tenang.

Karena aku tahu, kau wakilkan senyummu pada sesabit bulan di langit. Diamku dalam tenang

….<Baca kelanjutannya di #SadgenicBook>

Jakarta, 13 Oktober 2010

Di riuh hujan dan petir yang tak sanggup runtuhkan tenangku.