Teruntuk Zarry, sobatku yang tampan yang suka memuji diri.
Panjang sekali balasan emailmu!! sebenarnya ini lebih mudah dibicarakan lewat media berderet angka yang bisa kaupencet dan suaramu sendiri yang mengantar semua cerita ini untuk sampai di telingaku. Ah, tapi aku lupa. Kita ini pelupa!! lebih baik kita menuliskan semua ini pada kertas maya dan membiarkan jemari kita menari nari di atas panggung huruf dan kita bisa mengingat lagi dengan lekat semua yang kita bicarakan. Sungguh aku pernah membayangkan, ketika aku sedang letih karena tenagaku tersita pekerjaan, aku ingin berubah jadi keyboardmu, dipijit jemari-jemarimu yang kau sita hampir sebagian waktu untuk mengantarkan kata-kata yang akan dipuja ribuan followermu itu. Pasti pegal pegalku cepat hilang, tapi hanya melihat barisan huruf yang kau beri komando untuk berjejer rapi di layarku seperti sekarang ini sudah cukup menenangkan. Jemarimu memang therapy batinku Zarry.
Cuaca di Jakarta sedang buruk ya? Aku sempat mendengar kabarnya dari layar kaca yang sebenarnya sudah kutinggalkan karena membuat mata dan hati nuraniku berkaca-kaca dengan segala tayangan dan informasi yang lebay. Banjir dimana-mana? aku jadi sedih, sesedih aku yang pernah merasakan hati yang banjir terendam air mata. Sudah surut tapi genangannya masih membasahi sebagian hati. Aku sabar menunggunya kering untuk nantinya bisa kembali ditempati seseorang atau mungkin memang aku harus menunggu sosok pangeran yang membawakan kanebo untuk hatiku (Zzzzzzz).
Ah, aku sengaja tak ingin detail melukis dan memberikan lintasan rata padamu untuk lari ke kota Malang ini. Untuk apa? aku khawatir karena dinginnya kota ini, ketika kau datang, kau memeluk semua orang yang kau lewati demi merasakan hangat. Bisa susah aku mengendalikanmu. Kalau kau jadi mencicipi tempat ini. Ingatkan aku untuk mengikat tanganmu, dan nantinya dengan tanganku sendiri ini, aku akan menyuapimu dengan bulatan bulatan bakso serupa bulatan rindu yang kukirim padamu lewat surat ini sekarang 😉
Zarry, sahabatku peramu makna yang membuat gelakku membahak.
Entah kenapa tulisanmu itu selalu seperti pusaran. Mataku terseret dan tersedot hingga akhir titik tulisanmu yang tak pernah selesai. Dan ya, kita memang pencinta kata, semoga kata kata itu tidak putus hubungan dengan kita karena kita suka muntah kata dan membuat orang lain muntah rasa. Hihi hal ini selalu jadi semboyan kita. TOSS
Baik, sekarang saatnya aku sebagai kakak jauh Conan dan sepupu tak sedarah Holmes mendesir rasa penasaran yang meluap luap atas cerita yang menjatuhimu. Seorang wanita di tengah malam menjelang waktu ketika pagi tuna netra memandangi kamarmu dari pelataran? ZARRY!!! KATAKAN APA YANG KAU CURI. Kau paling suka mencuri perhatian para wanita, sampai ada yang mengawasimu dengan misterius seperti itu pasti ada sesuatu yang ingin dia ambil lagi darimu. (ngomong ngomong aku bergidik menuliskannya, betul kakinya masih menapak tanah? Coba lihat kalender, saat itu apa malam jumat kliwon? atau halloween?! kalau iya harusnya kau segera ke bawah, minta foto bareng!! Zzzz)
Apa dia meninggalkan jejak Zarry? kalau ia menapak tanah apakah ada tanda tanda pijakan sepatunya? kira kira nomor berapa? merk nya apa, siapa tau dia dan aku se nomor (okay mulai melantur dengan lentur, maaf). Apa ada sesuatu yang tertinggal Zarry? jika tidak memang berarti kita harus menunggu saat dia kembali lagi. Sementara itu belilah camera kecil untuk dipasang dekat jendela kamarmu, atau pasang perangkap di tempat yang sama. Jangan pasang perangkap cinta, alih alih nanti ia bisa terjerat rindu sama sepertiku. Aiishh.
OK, semoga memang tak ada yang perlu dicurigai dengan kehadiran wanita itu. Kalau kau bisa menggambarkan wajahnya mungkin bisa lebih baik lagi. Aku penasaran, matamu masih awas saja mengamati paras wanita walau sudah gelap gulita. Cih. Dasar pria.
Baiklah, kubungkus dulu kaca pembesar dan tali tali simpul dalam talamusku untuk memikirkan mengenai kejadian misteriusmu itu.
Zarry, aku sedang membangun museum masa depanku. Tolong doakan aku disini. Mungkin aku sekarang sedang mencari hasil karya Tuhan yang tepat untuk melengkapi museumku itu dengan sejuta bingkai senyumnya.
NB: Aku kembali dalam Jakarta dalam hitungan mimpi. Tidurlah, kau akan temukan aku saat kau terjaga nanti 😉
NBB: Aduh, wanita yang di Senayan City itu. Sudahlah Zarry, nanti kutemani kau berjalan-jalan dan mencari sasaran wanita lagi setibanya aku di Jakarta. Jangan sedih, nanti aku ikut sedih yang bersenggama dengan perih karena memikirkanmu.
Sekian dan jangan ada tamat diantara kita :))
Aku adalah kata yang tertimbun di ubun ubun. Menunggu terlempar di udara dan ditangkap peluk kotak ingatanmu.
Aku adalah kata yang terpelihara, karena dipupuki tawa yang dan bahagia yang kau kemas tanpa tanggal kadaluarsa.
Aku adalah kata yang menyandang predikat rindu
Itu puisi, untuk pengisi kesepianku. Menunggu diusir hingar dari teriakan teriakan dia yang kutunggu. (kenapa aku selalu curhat seperti ini sih? 😦 sigh)
Salam suam suam kuku. Jaga kesehatanmu
-> http://zarryhendrik.tumblr.com/post/1435286180/pencinta-kata-part-3