Akhirnya, tepat di penutupan Bulan Film Nasional, 31 Maret lalu saya bisa menonton film Postcard From The Zoo, kebetulan hari itu adalah pemutaran terakhir di Indonesia. Saya antusias sekali menonton film ini, tentu karena ada embel embel “Zoo”, saya yang memang penggemar Kebun Binatang ini ingin tau cerita seperti apa sih yang ditawarkan, belum lagi ada Ladya Cheryl yang bagi saya seperti Ellen Page nya Indonesia karena sering memainkan film film yang ‘gak ketebak’, juga ada Nicholas Saputra, dan tentu dari sutradaranya sendiri Edwin. Saya pernah menonton karya dia sebelumnya Babi Buta Ingin Terbang, dan film dia memang sangat berbeda, permainan visualnya sangat tajam, adegan-adegannya lebih bersifat simbolis daripada naratif.
Cerita dimulai dengan kehidupan Kebun Binatang Ragunan dan anak kecil yang lucu banget, dia mengeksplor kebun binatang itu dari pagi – siang – malam, ya, dia tinggal di sana. Adegan adegannya sangat indah, Ragunan menjadi sangat menakjubkan, saya seperti dibawa ke dunia Oz, tapi di Ragunan. Sangat damai, terlalu damai buat saya sampai saya terharu sendiri dan nangis. Anak itu beranjak dewasa, Lana (Ladya Cheryl) menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kebun binatang. Lana sangat mengagumi binatang jerapah, dia menyimpan obsesi sendiri terhadap hewan paling anggun itu. Terus terang, saya sangat amat iri dengan Ladya Cheryl, dengan aktingnya, dengan kesempatan yang diberikan untuknya di film itu, dia bisa masuk ke kandang jerapah yang sangat saya sukai kalo saya ke Ragunan. Kedekatan emosional dia dengan macan, kuda nil dan binatang lainnya pun begitu. Saya tahu akting itu tidak mudah, apalagi harus berakting dengan hewan, saya tidak melihat rasa ketakutan atau jijik dari Ladya, dia bermain dan menjiwai dengan sangat apik. Salut.
Lalu hadirlah Sang Cowboy yang juga pesulap, Nicholas Saputra. Sungguh karakter yang sangat unik. Dia mencari nuansa yang mendukung jiwanya. Berkelana di Ragunan seakan itu adalah hutannya. Haha Edwin benar benar gila. Lana tertarik, mengikuti, dan ikut pergi bersama Cowboy. Keluar untuk pertama kalinya Ragunan. Dan lalu banyak kejutan yang terjadi hingga akhir film. Keterkaitan antara kehidupan hewan dan tingkah manusia. Sungguh film yang sangat sureal dan indah. Scoring yang cukup apik. Beberapa bagian sangat puitis. Saya sangat amat menikmati dan bersyukur, ada yang membuat film bersetting Kebun Binatang dan mengemasnya dengan rasa yang mendamaikan.
Film ini terpilih mengikuti kompetisi Berlin International Film Festival 2012, dan setelah BFN ini, ia akan berkeliling dunia, makanya donasi untuk menonton film ini cukup mahal, tapi dengan pengalaman yang saya dapat saat menontonnya, it’s worth. Semoga segera kembali diputar di Indonesia, tapi saya ga yakin bisa lolos di bioskop-bioskop pada umumnya, karena Sutradara tidak ingin menyensornya. Memang ada beberapa adegan yang cukup hmm… tapi kalau itu hilang dan disensor, esensi film ini hilang.
Secara singkat, maknanya filmnya bagi saya : Terkadang kehidupan di luar kebun binatang, bisa lebih liar daripada di dalamnya
“Hilang dan pergi itu berbeda. Kalau hilang itu harus dicari. Kalau pergi, nanti juga balik sendiri” – PFTZ
POSTCARDS FROM THE ZOO
Directed & Written by: Edwin. Producer: Meiske Taursia. Co-writers: Daud Sumolang, Titien Wattimena. Director of Photography: Sidi Saleh. Editor: Herman Kumala Panca. Art Director: Bayu Christianto, Kurniawansyah Putra. Art Supervisor: Eros Eflin. Scoring Music: Dave Lumenta. Zeke K Make Up: Eba Sheba. Casting: Nanda Giri. Costume Designer: Aulia Yogyanti. Cast: Ladya Cheryl, Nicolas Saputra, Adjie Nur Ahmad, Klarysa Aurelia Raditya, Dave Lumenta, Abizars, Iwan Gunawan, Nitta Nazyra C. Noer, Heidy Trisiana Triswan.
Sumber ilustrasi Postcard From The Zoo didapat dari sini