Rindu itu beban, yang menggelayut pada lengan detik. Enggan berputar. Dan waktu perlahan menghabisimu.
rindu itu kobaran api, dan hanya kau yang bisa memadamkan
rindu itu belantara, silahkan tersesat hingga kau menemukannya.
Rindu itu, susunan aksara yang tersimpan di kepala. Barisan kalimat yang menunggu menyusuri ruang dengarmu
rindu itu sebilah pisau, perlahan mengiris hatimu selapis demi selapis. Hingga sampai ke ukuran tertipis.
rindu itu nafas yang patah, menanti angin bisikmu untuk menyambungnya lagi.
rindu itu segelas anggur, pengganti mineral agar sejenak bisa mengaburkan bayanganmu
rindu adalah mesin waktu, mengembalikan aku pada kenangan tentangmu.
rindu itu kelengahanku, kau bisa saja membunuhku saat itu.
rindu, aku harap kau punya tanggal kadaluwarsa. Membatasiku, berhenti membayangkanmu.
rindu itu, perkaraku dengan waktu. Saat kau hilang dari pandanganku.
rindu itu batu nisanku, saat kau pergi membawa nafasku.
rindu itu perjuangan, melalui badai waktu tanpa genggaman tanganmu.
rindu itu sepi dan batasnya adalah segaris cakrawala senyummu yang tertangkap retinaku.
Kamu, debu terhebat dalam otakku. Dan rindu, menambah sulaman jaring laba-laba di sudut hatiku. Jadilah otak dan hatiku ini ruang kusam tempat bersarang rindu dan debu yang bernama memori. Mereka menunggu bayangmu untuk dinaungi.
rindu itu 1sdm harapan, 2 sdm pilu, kau aduk bersama air kenangan. Dan kau telan dalam keadaan dingin.
rindu itu barisan doa, agar Sang pemilik waktu mendengar dan melindungimu kapanpun itu.
Jakarta
-hati yang rindu akan rindu-