Aku melayang
Dalam hampa kegelapan yang meradang
Pada sejumput petang
Kuikuti kunang kunang
Sisiri terjalnya jurang
dan ribuan karang
Keringat, dan air mata berubah menjadi pedang
mengiris pedih hingga lekang
Langkahku kini letih tertatih, terhentiku di padang bimbang.
haruskah kuteruskan? tanyaku pada nadi yang berhenti berdegup kencang.
lalu terdengar nada riang, bintang menghiburku bernyanyi sumbang.
“Tenang lah tenang sayang, dari arah berlawanan dia akan datang.
Sang pembawa terang yang meLebihi jutaan kunang-kunang”
Jakarta, 4 aug ‘10
dalam kelupaan bagaimana bentuk kunang. for #writingsession, posting 2