Teruntuk Zarry, teman jemariku yang mengembara di padang aksara.
MAAF!!
Aku menuliskannya dengan huruf besar agar kau tau betapa aku merasa bersalah padamu dengan besar-besar dan juga tanda seru yang serupa pentung kujadikan saksi betapa aku telah memukuli waktuku karena ia tidak menyediakan waktu untuk cepat membalas emailmu. Tolong bentuk lingkar pelangi dari bibirmu dengan senyum agar kata-kata itu mengecil dan hilang dengan ampunmu. 😥
Membaca emailmu, akupun seraya memutar ingatanku kembali, menuju track saat pertama kali aku membaca namamu “Zarryhendrik” di layar monitorku dan dengan segera kupasang nama itu di kepalaku. Saat itu hujan dan aku masih sangat ingat pujian pertama yang kau tujukan untuk kata-kataku. “Aku harap hujan bukan wanita, jika tidak aku bisa cemburu karena ia lebih dulu menyentuh tubuhmu” dan aku saat itu terpaku dengan kata-katamu ”Jika aku memukulmu, Tuhan memukulku”, asal kau tahu saat itu tubuhku bergetar membaca itu. Sangat indah, dan keindahan itu masih kau jaga hingga detik ini di setiap tulisanmu.
Sebuah kehormatan bagiku untuk bisa bersanding dengan tulisan-tulisanmu Zarry, sungguh. Aku pun mengagumi Sang Pengagum sepertimu 🙂
#cintaadalah. Itu salah satu hashtag duet kita pertama bukan? tunggu biarkan memoriku berkerja seraya bersyukur atas hari itu. Ini yang masih kuingat Zarry, tarik nafasmu dalam dalam, sesapkan sedikit hurufku ini diantaranya
#cintaadalah ketika kau selalu mengucap padanya “hati-hati” padahal kau sadar hatimu pun dibawanya pergi.
#cintaadalah ketika kau berpikir kau sudah tidak waras, tapi hanya dia yang merasa itu wajar
#cintaadalah ketika kamu menjadi jawaban yang akan aku pilih berkali-kali, sampai aku mati
#cintaadalah sesuatu yang menahanmu untuk tidak berkedip, takut akan kehilangan senyumnya
#cintaadalah ketika kau menangis, dan dia yang terluka
#cintaadalah pengetahuanmu yang terlalu dalam tentangku. Dan keingintahuanku yang terlalu besar tentangmu.
#cintaadalah merk lem terkuat yang akan merekatkan kau dan dia selamanya
Hanya itu yang bisa kuingat Zarry, mungkin akan tercipta lagi jika aku sudah menemukan Pangeran Kanebo :)).
Zarry, tertulis kata-kata kau akan meneleponku di email kemarin. Mana Zarry? telepon genggamku ini masih membisu, rusak jika angka darimu tak muncul di layarnya. Sebenarnya untuk mendengar suaraku yang tanpa huruf d dan seperti orang Perancis ini tak perlu nunggu pulsa, ayo bikin skype. Gunakan teknologi, anak muda :))
Errr, jangan bilang kau jual HP mu setelah aku menduga “wanita itu” memegangnya. Dan lalu kau mengganti nomor, pindah kota, meninggalkan twitter, facebook, menghapus akun emailmu dan lalu kita tak bisa bertemu lagi. Aduuuh, aku bisa menggenangi kota Malang ini dengan air mataku kalau kau benar-benar menjauhiku karena kasus ini T_T.
Ceritakan tentang wanita 10 tahun lalu mu itu Zarry, karena aku tak punya cerita miris, atau lebih tepatnya lagi aku ini pelupa dan atau memang pura-pura tidak ingat dengan kejadian-kejadianku di masa lalu. Aku tak pernah merasa punya musuh, atau sosok yang membenci padaku. Flat yah? Tapi memang hidupku datar sih sebelum bertemu denganmu :))
Berarti kemungkinan dia mengikuti kita berdua di twitter, mengetahui tempat tinggalmu, dan mengetahui aktifitas kita yang sering berbalas email.
Diantara deburan ombak kata-kata penyelidikanmu yang menggulung nadiku, ini berita sejuk yang datang di dengan cahaya di mataku. Kau kuliah lagi?! 😀 Bagus Zarry, segera selesaikan. Aku tak sabar untuk melihat toga di kepalamu saat aku menghadiri upacaranya. Aku akan merekam kamu dan mamamu yang unik itu dalam sebuah film dan akan kucetak besar-besar mengisi ruang tamu rumahmu.
Oiya, kalau kau aktif kuliah lagi, apa ada sosok adik tingkatmu yang mencurigakan di kampus? jangan-jangan wanita itu ada di sekitaran lingkungan perkuliahanmu. Saat kau mengerjakan tugas berkelompok? adakah yang meminjam laptopmu? Ada yang pinjam handphonemu? Tolong selidiki itu Zarry, aku khawatir. Dan rasa khawatir ini berubah menjadi sebilah pisau yang mengiris iris kepalaku.
Baiklah.com. Jaga dirimu. Hati hati.
Zarry, aku menanti komet yang akan melintasi duniaku dengan waktu tak tentu. Ketika dia hadir, semoga aku tak melewatkannya. Ada saran? untukku tidak melewatkan komet itu?
Buku Puisi?! Zarry, sejak kapan ku menolak ajakan darimu. Ayo, aku mau. Bukankah kau ini pemancing semua inspirasi dan kata-kataku. Mari kita mulai. Tuntun aku 🙂
“Aku adalah bejana waktu
Menunggu dituangi cairan serupa cahaya yang datang dari matamu
Setiap tetes teguk nya menenangkan sepi
Setetesmu menyebar ke permukaan hati
Menyusupi setiap pori nadi
Aku adalah cawan candu
Menunggu racikan jitu
Dengan segenggam rindu dan sekotak mimpi
Pinjami aku waktumu, minum aku
Rasakan aku dalam setiap inci dirimu”
Senyumku tersaji, disetiap piring hidupmu. Lahaplah sewaktu-waktu, Rahne.
prev : http://zarryhendrik.tumblr.com/post/1516350763/pencinta-kata-part-13