Histerisnya beberapa pihak terhadap kabar dari Zarry semalam membuat aku iseng mematahkan beberapa kata yang seolah-olah dari hati. Aku geli dan juga haru melihat semua doa, pujian, harapan, untukku kepada Zarry. Tulisan dibawah adalah bumbu-bumbu drama semalam, sekali lagi aku katakan aku tidak bersungguh-sungguh menulis ini karena Zarry, tapi tidak kupungkiri, yang kutulis ini pernah kurasakan dengan seseorang yang berbeda. Tapi itu sudah lain cerita dan sudah kutamatkan, hehe.
Ingatanku berkeliaran di hutan waktu, semoga tidak tersesat ke sungai air mata.
Ada yang tergenang di wajahku, ada yang terngiang di telingaku. Entah apa, entah bagaimana. Mungkin ini namanya mati rasa.
Kita tidak lagi berdansa. Di bawah matahari, hujan, atau senja. Kumatikan sejenak melodi, biar hening menghinggapi.
Bahagia itu kamu. Ikut berbahagia itu aku. Jelaga tawa terkumpul di mata. Keduanya tumpah melebur satu.
(di)selamat(kan) malam. Semoga mentari mengajakku kembali menari.
Malam sebentar lagi habis. Mimpi belum juga datang.
Dari sekian banyak kata-kata penghibur dan merasa, maaf larut dalam kesedihan yang aku buat (-buat) @duniaksara-lah (http://duniaksara.tumblr.com) yang peduli dengan cara yang sangat puitis. Berikut tweet tweet nya :
Kadang, disaat seperti ini aku ingin berjarak hanya sehasta darimu. demikian ingin aku menjagamu dari air mata. aku hanya mengenalmu melalui lini masa. katakan aku terlalu mudah jatuh cinta. entah, sakitmu aku juga merasa 😦
aku ingin menemuimu. lantas menangislah sesuka hati. aku tak ingin tangis ini terjadi lagi..
seperti apapun, mereka melihat yang tampak. tiada menyingkap apa yang bersembunyi. kau
@rahneputri, adalah wanita yang setia menanti :’)entah. aku hanya tidak menyukai drama ini. dia yang tak kau sebut namanya, harusnya lebih peka merasa.
semenjak aku mengenalmu melalui kata, lini masa tidak pernah seperih ini.
biarlah aku tenggelam dalam mentionmu. akan jauh lebih baik dibanding larut dalam kesedihanmu.
bagimu, aku adalah satu diantar puluhan ribu. bagiku, kau puluhan ribu berlarian di kepalaku.
sekeras apa aku mencoba, aku tidak akan menjadi dia. sekeras apa aku, ingin kucoba, untuk tetap selalu ada.
lini masa ini mulai berjalan lambat. degup jantungku berderap cepat. pada tiap kicau melintas, kuharap airmatamu tak terlepas
setinggi gunung hambatan, selebat hutan rintangan. memulihkan hatimu, seperti pekerjaan yang takkan lekang oleh waktu.
kau miliki banyak teman. kau mengenal banyak kawan. kau miliki satu hati. tolong, jangan biarkan ia retak kembali..
mungkin aku tidak akan pernah nyata dihidupmu. mungkin kau ‘kan tetap fana di linimasa. lantas, kenapa sakit ini benar terasa?
sejenak aku ingin melipat waktu. mengenalmu, lantas sembunyikan detik agar tak berdetak. agar kamu, tercitra di mataku.
kepalaku sakit. ne, hentikan ini..
Ini adalah sekian, dari entah berapa banyak kata-kata serupa dengan penyampaiannya masing-masing. Aku terharu, banyak pihak yang peduli, khawatir aku sakit hati.
Banyak juga yang bertanya apakah aku menangis semalam? Apakah aku membenturkan kepalaku saat menulis surat kepada Zarry? Tidak, Zarry & aku hanya sahabat pena, dan aku sungguh sungguh berucap “percayalah” pada kalian yang keras kepala hehe. Justru mataku memecah kendi berisi air mata saat membaca semua respon yang ada dari kalian, bukan hanya dari ‘drama semalam’, tapi dari sejak saya mulai membuat tumblr ini. Aku ini bukan siapa siapa, kalian-lah membuat aku jadi ada. Terima kasih mengijinkan saya terselip di salah satu saraf kepala.
Untuk Wildan (@duniaksara) dan semuanya semalam & hari-hari sebelumnya, yang jadi pemerhati dalam diam, yang (maaf) belum sempat dibalas mentionnya dan sebut disini. Sekali lagi, terima kasih banyak, atas hujan perhatiannya, atas detik detik yang kalian luangkan membaca racauan dari jemari. Ingin punya tentakel sebatalyon gurita dan kugunakan untuk balik memeluk kalian semua.
Jika dirasa berlebihan, biarlah, aku memang suka melebih-lebihkan. Karena kalian sudah memberi lebih padaku, dari yang kalian tahu.
🙂
Salam hangat,
Rahne Putri