Di mata sang tergesa, waktu seperti membawa senjata tajam untuk terus memburunya. Padahal tidak.
Di mata sang penunggu, waktu itu seperti pria botak bertubuh gendut, menyeret rantai besi di kakinya. Lambat. Padahal tidak.
Di mataku, waktu itu kamu. Dengan segala ketepatanmu. Aku, sang penggesa yang menunggu.