#TandaHati: 9 Lukisan Kata dan Nada

Ketika puisi mewujud menjadi nada dan hinggap di telinga.

Kini puisiku melesat ke segala penjuru. Sesuai keinginanku.

Puisi.

Kubuat, kulepaskan, biar dia berkembang sendiri, mampir di beberapa hati dan beberapa rumah.

Tertangkap menjadi inspirasi.

Terlepas menjadi karya seni yang lain lagi.

Berikut cuplikan proses pembuatan “Jika Rindu Itu Peluru”. 

Keunikan puisi ini adalah isinya yang bercerita tentang rindu yang dianalogikan dengan peluru.

“Kekejaman” peluru dan manisnya rindu ini saya rasa cocok sekali diwakili dengan dentuman bass drum bersama bassline bass akustik yang berulang-ulang dan warna bunyi tiny electric piano.Vokal wanita dipilih sebagai orang pertama yang merindu. Kehadiran tenor saxophone mewakili karakter seorang pria yang dirindukan dan memenuhi isi kepala orang pertama yang merindu.

Terima kasih mas Jay Afrisando & Gatra Wardaya yang mengasuh puisi “Jika Rindu Itu Peluru”, menjadikannya sebuah musik jazz yang sangat imajinatif, suara Cecillia Cati Wulandari, penyanyi jazz muda dari Kota Solo pun setajam rindu & peluru. Terima kasih 🙂

Di dalamnya juga ada puisi dari beberapa penyair. Nota 16 Maret 2010 – Ikun Sri KuncoroKo Put On – Romo Sindhunata;  If I Were A Book – Ollie (@salsabeela); Sepakat Untuk Tidak Sepakat – Andi Gunawan (@NDIGUN); Pada Sebuah Titik – Budiman (@lelakibudiman); Sajak Sang Rumput – Terry Perdanawati (@tey_saja); Karena Rasa Hanyalah Titipan – Suryawan Wahyu P. (@SuryawanWP); Jika Sepi Mampir ke Rumah – Puspa Panglipurjati (@puspapanglipur)

Kunjungi twitter atau blognya untuk info lebih lanjut.