The Story Of Casa De Kandara

*PS: nama sebutan rumah belum fix, bisa berganti sewaktu-waktu #halah

Selain menikah, membangun/membeli rumah adalah salah satu keputusan terbesar dalam hidup yang pernah aku ambil.

Saat ketahuan kalo aku hamil di tahun 2015, aku dan Miku langsung memantapkan niat untuk punya hunian, gak lagi terbuai dengan tinggal di kostan. Kondisi kostan nampak kurang ‘sehat’ gitu itu untuk membesarkan anak , (yaiyalahyaaa~~).

Nah udah deh tuh cari-cari rumah. Untuk memiliki sebuah hunian, ini option-option yang ada; beli rumah jadi, beli rumah second, beli apartment, beli tanah & bangun rumah. Pilihan sebenernya banyaaaak, tapiiii duitnya yang ga belom banyak heheheh. Nah karena budget terbatas dan berencana untuk KPR, kita membuat patokan mencari rumah yang DPnya bisa kita kejar dan disesuaikan dengan tabungan yang kita punya.

Proses mencari hunian ini memang ga mudah, asli, kaya cari jodoh euy. Kadang harga cocok, tapi daerahnya kejauhan; kadang design rumahnya bagus banget; tapi saldo tabungan tidak mengijinkan, gitu aja terus berminggu-minggu. Hingga akhirnya, aku berjodoh dengan konsep Co-Housing dari D form. Dimana saat itu DF Housing Bintaro, masih tersisa 1 kavling (tanah kosong) dari 9 kavling yang ada. Setelah kita survey, kavling tersebut memenuhi kriteria kita, antara lain:

  • Dekat dengan stasiun +- 2 km (ini lebih penting buat aku daripada lebih deket tol)
  • Dekat Rumah Sakit
  • Kita bisa bangun rumah sesuai dengan design yang kita inginkan. 😀

Nah karena mestakung juga (semesta mendukung cyiin), akhirnya kavling paling ujung di komplek Co-Housing dengan luas tanah 72,5m2 itu berjodoh dengan akuuu. Yay!

IMG_20160501_142958.jpg
From scratch! tanah aku sebenernya aneh, lebar depan 4,5m lebar belakang 5,5m >.<

Sistem Co Housing ini reversed business (bisa baca lebih lengkap di sini, jadi keuntungannya kita bisa ngobrol dengan pimpinan projek (yang juga arsitek) untuk membuat rancangan bangunan selain sesuai dengan keinginan kita tapi juga untuk mengakali supaya harga bangunannya nanti bisa kita kejar DP nya.

Misalnya nih, kita mampu DP nya 100 juta, nah biasanya bank itu DP nya kan 30% harga rumah. Jadi kita minta arsiteknya merancang bangunan agar rumahnya kalo bisa ga lebih dari 350 juta. Dia akan merekomendasikan material bangunan, jumlah kamar atau lantai, biar kita tetep realistis.

IMG_20161015_133549.jpg
Trah seolah2 bilang : welcome to our house 🙂 

Oiya, bentuk tanah kita juga sedikit ‘aneh’, bentuk batas depan 4,5m2 & lebar batas belakang 5,5m2, jadi kaya trapesium gitu. Kata orang-orang itu tanahnya ‘ngantong’, dan peruntungannya bagus, amiiiinnnn X))). Makanya dengan kondisi seperti itu, kita minta Arsitek untuk ‘memainkan’ area miring tersebut. Tidak lupa untuk request Arsitek untuk membuat design rumah tumbuh, jadi nanti kalo udah ngumpulin duit lagi bisa nambah kamar gituu.

Arsitag 2.001.jpeg
Design awal rumah, hehe yang sekarang sih ga gini, udah banyak adjustment a.k.a revision

Baca juga:  bikin sudut taman di bawah 1 juta? bisa!

Arsitag 3 .001.jpeg
Dapet visual 3D untuk interior.(ini juga ga kepake, jadinya ga gini.  
arsitag 3.001.jpeg
Request punya rooftop mungil 😉

Menurut aku, sangat penting untuk menggunakan jasa arsitek dalam membuat rumah :

  1. Bisa menuangkan keinginan kita dalam bentuk visual.
  2. Bisa memberikan solusi & rekomendasi untuk kebutuhan kita dalam rumah
  3. Bisa membuat perencanaan secara detail (dari struktur, bahan, material) jadi bisa meminimalisir kesalahan
  4. Dan yang penting, mereka juga bisa memperhatikan tentang sanitasi, sirkulasi udara, dan juga cahaya.

My personal experience, aku pernah mau menyewa rumah, dari luar bagus sih tapi yang bikin aku ga nyaman dan ga jadi nyewa karena faktor kenyamanan ruangan-ruangan di dalamnya: tangga yang mepet plafon jadi kudu nunduk, toilet yang ada di bawah tangga tapi terlalu rendah, ruang ventilasi di dapur tapi udaranya dibuang ke ruang tamu. Nah aku ga mau kaya gitu, jadi hal-hal kaya gini yang bisa dicegah kalo pake jasa arsitek.

Memakai jasa arsitek bukan karena keren-kerenan, tapi dengan design yang mumpuni yang sesuai dengan kebutuhan kita, hidup kita bisa lebih berkualitas: hemat listrik karena pencahayaan rumah yang baik, kualitas udara yang bagus karena ventilasi yang oke, dll.

Dalam milih arsitek, sebenernya juga tricky, karena arsitek biasanya juga punya ‘style’ masing-masing, ada yang arahnya bergaya tropis, scandinavian, mediteranian, country, classic dll. Nah kalo bisa sih menemukan arsitek yang ‘se-visi’ sama kita, dan itu ga mudah. Aku sendiri beruntung karena arsitek untuk komplek Co-Housing ini adalah temen sendiri dan style kita kurang lebih sama, jadi saat tek-tokan lebih mudah.

Baca juga: isi rumah tanpa tekor

Apakah rumah pertama ini udah bikin aku puas? Terus terang, belum. Pakai arsitek pun ternyata ada juga drama-drama ama kontraktor haha. Masih jauh dari ideal, dan karena kebutuhan makin bertambah, masih pengen nambah ini itu di rumah hehehe. Semoga dilancarkan rejeki sehingga semua mimpi mimpi tentang rumah bisa terwujud, doa yang sama juga buat kalian yang baca blog ini 😀

Kalian, pengen rumah yang kaya gimana?