Sebagai anak dari orang tua yang keduanya adalah arsitek. Mendambakan sebuah rumah idaman itu sudah terpupuk dari aku kecil. Gimana enggak, bacaan dari jaman kecil itu selain donal bebek, tapi majalah kaya ASRI gitu gitu yang isinya desain-desain rumah. Jadi untuk rumah idaman saya, yang penting itu mengandung hal-hal berikut:

Sampai sekarang sih masih akan selalu pengen punya rumah seperti ini ya. Semoga bisa yaaa :’)
Masalahnyaaaaaaaaaa saya sekarang hidup di Jakarta. Dimana, cari lokasi untuk bangun rumah kaya gitu di tempat-tempat strategis yakni deket kantor, kayaknya ga memungkinkan buat kelas menengah ngehe macem saya. Harga tanah aja per meternya bisa berapa kali gaji untuk lokasi di tengah kota. Harga town house di Senayan, lokasi yang saya lewati tiap hari kalo kerja aja itu bisa jadi saya cicil selama 15x deh …….
………….. 15 kali kehidupan. *jedotin kepala*
Apartment bisa jadi salah satu jalan keluar untuk permasalahan ini, tapi untuk yang harganya sekitar 350 juta aja luasnya paling se-studio. Lebih besar dikit dari kostan saya. Kalo mau luasan dikit, errr harganya mahal banget. Problematika yang cukup pelik yah buat orang-orang macem saya, betul tidak saudara saudara? :)) Belom lagi masalah DP Rumah/ Apart: XXX Rupiah misalnya. Terus kita nabung 2 tahun. Pas udah kekumpul eh harga udah naik … ya gitu aja terus. Kapan punyanyaaaa? :)))
Hal ini juga yang dipikirkan oleh @mondododo, dia adalah seorang arsitek. Problem kita sama, pengen punya rumah yang bagus tapi dengan budget terbatas. Kemudian Mande kepikiran konsep #CoHousing: cari tanah rame-rame, bangun rame-rame, tempatin rame-rame! Seru kaaan?
#CoHousing menawarkan ‘Reverse Bisnis’, kalo biasanya kan developer yang nyari tanah & bangun pemukiman baru dijual. Nah kalo #CoHousing ini sebaliknya, orang yang mau punya rumah udah ada + cari tanah bareng2, design bentuk rumah sesuai keinginan (jadi ga seragam macem kalo perumahan/ town house), baru cari investor untuk nanti membangun dan kemudian kita tempati.
Masih bingung? Coba perumpamaan ini ya. Kita pengen banget makan kue red velvet nah cuma kita ga punya duit. Tapi kita punya tenaga cari dimana toko tepung, telur, dan juga resep yang udah dimodifikasi ama kita. Nah kemudian resep & alamat toko tepung dan alat oven itu diserahkan ke A yang punya duit [Investor], kemudian dia lah yang beliin semua itu bahan bahan. Kemudian bahan bahan diserahkan ke B [Bank] dia bersama sama A meracik semua bahan, kemudian jadilah kue red velvet. Kemudian kita bisa menikmati Red Velvet itu dengan menyicil pembeliannya ke B
Gimana? Masih bingung?
*jambak nih*Unsur #CoHousing ini sebenernya terdiri dari tanah, calon warga, arsitek, investor, sama bank. 3 poin terakhir ini sudah ada untuk sekarang atas bantuan Mande! Jadi PRnya sekarang emang cari tanah dan calon warga. Nah untuk cari tanah sih pengennya emang yang radius 20 km dari pusat kota sih, namun makin ke sini kayaknya kita kudu realistis lah ya, yang disesuaikan dengan kocek masing-masing. Jadi kita mencari tanah yang harganya per meter maksimal 2,5 juta rupiah, supaya apa? Supaya kita mampu bayar DP nya dan menyicil yang disesuaikan dengan budget kita kita. Ya nemunya emang pasti di daerah suburb Jakarta yah.
FYI daerah Jakarta, daerah Depok, Sawangan, atau Bogor, bajet 400jt cm dapet ukuran 36 kalo di perumahan/ cluster. Ukuran segitu kalo di tengah kota bajet 500-700 jt. Range untuk landed house #CoHousing ini sekitar min 300 juta – semampunya :))
“Ha duit segitu buat rumah bisa dapet berapa, Ne? Kecil banget dooong?”
Eits! Jangan salah. Tanah segitu bisa kamu modifikasi, lagian ada arsitek gitu. Bikin rumah walau kecil tapi bisa nyaman dan berdesain dinamis. Bikin aja konsep rumah tumbuh, mungkin sekarang masih cukupnya bikin 1 lantai, tapi siapa tau nanti dibangun jadi 2 lantai. Cek deh bbrp design rumah dengan luas kurang dari 85 m ini (referensi dari Jepang) :


Kini Mande sudah bikin website tentang #CoHousing ini di http://dfhousing.dform.co/, di situ sudah lumayan cukup menjelaskan bermacam-macam hal soal #CoHousing. Kalau berminat silakan daftar yah, dan silakan dateng aktif ke pertemuan-pertemuan yang kita buat. Kita juga melihat “keaktifan” sebagai persyaratan ikutan #CoHousing, karena ini adalah sebuah komunitas. Karena kan ini nyarinya bareng-bareng, kalo nunggu beres dan nunggu dikabarin ya buat apa? Mending beli di agen agen perumahan saja. Serunya #CoHousing ini ya di sini sih, kolaborasi waktu, ide dan tenaga untuk hunian idaman di masa depan. Target orang per 1 kompleks DFhousing sih sekitar 8-12 rumah.
Saya sempat membuatkan skema seperti ini:

#CoHousing ini sebenernya udah banyak di luar negeri. Nih contohnya di Amrik. Kalo sekarang sedang proses pilih-pilih tanah. Dan doakan kalo udah fixed, tinggal hub investor dan bank nih, dan kemudian ini menjadi pilot project #CoHousing yang pertama. Dan jika berhasil, bukan tidak mungkin ini diaplikasikan di berbagai kota 😀
Kesimpulannya: apa sih alasan ikutan #CoHousing? karena budget kita sendiri yang atur, punya rumah berarsitektur, dengan lokasi yang kita tentukan bersama.

Berminat? Yuk cek dfhousing.net.
Semoga info ini berguna ya 😀
NB: Oiya kalian juga bisa cek http://llliving.net. Forum pemerhati arsitektur, interior, furniture, & home decor Indonesia. *bikin seneng Mande*