Yak, sebentar lagi exhibition Yayoi Kusama bertajuk : Life Is The Heart of a Rainbow di Museum Macan akan selesai, tepatnya tanggl 9 September 2018. Saya sebenarnya udah hampir 3x mengunjungi, tapi baru sempat menuliskan sekarang. Ya gakpapalahya…..
Kunjungan pertama saya waktu puasa ama Suami, ngedate sambil ngabuburit ceritanya. ramai sekali dan hampir ngantri panjang di setiap instalasi. Jadi kita emang skip ke beberapa instalasi, lebih memilih untuk menyimak lukisan-lukisan dan infinity mirror saja (itupun kita mengantri cukup panjang, sampe sempet nonton 1 episode The Terrace House di Netflix hehehe).
Kesan kesan
Kurang lebih seperti yang saya tuliskan di IG Story ini. Saya dan Miku… stress. Bukan, bukan stress karena tempatnya rame banget dan banyak orang yang foto-foto sana sini hehehe… tapi karena karya Yayoi Kusama sangat intense, di beberapa karyanya ada perasaan yang tidak nyaman saat melihatnya, entah dikarenakan goresan kuas, repetisi pola, atau gabungan semua ditambah dengan cerita di balik pembuatan karya-karyanya yang bisa dibaca juga di pameran lewat introduction from currator. Cara dia berjuang melawan kegelisahan dan halusinasinya adalah dengan melukis dan instalasi-instalasi yang dia buat. Hauntingly beautiful.
Karya-karyanya selalu terlihat ‘penuh’, ga ada ‘space’ atau ruang kelegaan. Baru nampak ‘kelegaan’ pada karya-karyanya di section terakhir, tempat 1 seri lukisan terbaru Kusama (karya setelah dia menua) berjudul My Eternal Soul.
MUSEUM TOUR
Kesempatan kedua saya ke Museum Macan diundang oleh salah satu brand minuman, dan karena undangan saya beruntung bisa menikmati pameran Yayoi Kusama secara eksklusif! Hari itu Museum ditutup untuk umum dan hanya dinikmati oleh media dan undangan terbatas, di hari itu juga diperbolehkan membawa kamera masuk, kalo hari biasa hanya boleh perangkat hape saja untuk memotret. Saya ajak jalan-jalan dikit yuk, karena sepi… jadi lumayan banyak foto-foto daripada kunjungan saya sebelumnya.
Great Gigantic Pumpkin (2013) & InstalasiDots Obsession – Infinity Mirrored Room (2008/ 2018).
Dua instalasi ini menyambut kita di area pintu masuk. Untuk Pumpkin Polka yang besar ini mungkin sudah sering terlihat kalo mampir ke mall Gandaria City, karena pernah dipamerkan sebagai part of awareness sebelum pameran Yayoi hadir di Indonesia.
Dots Obsession – Infinity Mirrored Room ini berisi kaca-kaca dan balon-balon polka. Begitu masuk ya rasanya seperti tanpa batas gitu… dipenuhi Polka. Yayoi mengajak kita mampir ke halusinasi yang dia lalui, Merinding sih sebenernya masuk ke ruangan ini, apalagi pas saya masuk… cuma saya sendiri… (dan temen saya yang motoin) ada horor-horor gimanaaa gitu, ga bisa saya ungkapin sih.
Narcissus Garden (1966/2018)
Art performance pertama Yayoi yang paling sukses! (Cmiiw) Padahal dia ngegelar 1500 bola bola perak itu secara tidak resmi di depan lokasi ekshibisi Venice Biennale di tahun 1966
Dia memasang tanda “Narcissus Garden “ & “Your Narcissium For Sale” dan dia membagikan flyer dan jual jualin ke pengunjung. Karena dandanannya yang juga nyentrik, instalasi ini menarik perhatian banyak orang. – Rada rada dualism ya, dia sebenernya protes terhadap komersialisasi seni namun juga sekaligus promosi diri.
–
Nah yang di @museummacan , kurang tau juga nih berapa bola, ga sempet ngitung (YHA). Yang pasti, di ‘taman’ ini saya susah untuk ga nengok ke part narsisme dalam diri, buat liat bayangan sendiri di bola bola dan mengambil foto meski cerminan diri saya cuma seadanya. Btw, penasaran juga nih bola bola ini kalo diinstalasi di ruangan terbuka.
SECTION : EARLY WORKS
Berdasarkan katalog, di section ini dihadirkan karya-karya periode awal Kusama sebagai seniman pada 1940-an. Di masa itu ia sangat dipengaruhi oleh tekanan yang ia alami di rumah, juga di negara asalnya Jepang, yang saat itu sedang berusaha pulih dari kekalahan yang tragis pada Perang Dunia II. Seni adalah pelarian Kusama, juga caranya untuk mengatasi gejala halusinasi yang terus-menerus ia alami sejak kecil.
Section : Infinity Nets
Bagian di sini yang paling bikin pusing sih T_T.
Infinity Nets (jaring tak berhingga) adalah figur konsisten yang muncul dalam kekaryaan Kusama sejak akhir 1950an. Motif ini terinspirasi oleh pengalaman pribadi sang seniman, termasuk saat mengamati gelombang Samudera Pasifik dari jendela pesawat dalam perjalanannya dari Jepang menuju Amerika Serikat pada 1957. Bagian pameran ini menampilkan seri lukisan Infinity Nets yang diciptakan dalam jangka waktu hampir 70 tahun, serta menunjukkan proses perkembangan yang berlangsung atas seri ini, melintasi berbagai medium, spektrum warna dan skala.
Asliiiii goresan di tiap medium, di kanvas yang super gede dan beragam medium lain… bisa dia buat dengan serapih, sedetail, sepenuh ituuuuu. Ga kebayang apa yang dia lalui, gimana perasaanya saat dia menuangkan ke medium-medium yang dia pilih… gila sih capek banget ngebayangin jadi dia huwaaaa T_T
Section : Experiments In Japan
Kenapa nyeker? karena seluruhnya atas bawah kanan kiri, langit-langit dan lantai juga adalah instalasi. Sepatu bisa merusak instalasi ini.
Section : Love Forever
Ga banyak foto di ruangan ini, jadi ini ruangan yang full dengan karya-karya yang didominasi hanya warna hitam putih, dikembangkan dari gambar monokrom yang dibuat dari pena pada 2004 – 2007 dan juga ada sebuah kotak intip bertajuk I Want to Love on a Festival Night (2017). Jadi saat kita mengintip, ada lampu-lampu yang menyala bergantian tanpa henti.
Section : My Eternal Soul
Section ini di ruangan paling ujung dekat infinity room. Salah satu lukisan dalam seri ini, Life is the Heart of a Rainbow (2017), yang akhirnya dijadikan judul pameran ini.
Di sini saya mulai merasakan ‘kelegaan’ dalam karyanya. Kaya udah mulai rileks dikit gitu, mungkinn… mungkiiiiinn ya, Yayoi sudah menemukan kedamaian. Ga tau sikkk ini mah interpretasi saya aja hehehe…
Section : Manhattan Suicide Addict & Infinity Mirrored Room
Saat mau mengantri di instalasi Infinity Mirrored Roon ada sebuah screen yang memutarkan video Yayoi bernyanyi dan diputar berulang-berulang-berulang kali…. deppresing abisss T_T (ga sempet kefoto btw). Lalu, kalo saat sama suami kita antri hampir sejam dan berada di dalam cuma 10 detik…. di kunjungan kedua saya bisa masuk berkali-kali dan menikmati berada di ruangan Infinity Mirrored Room lebih lama. Damaiiiiiii banget rasanya. Indaaaaaahh sekali. Saya masih terkesima bagaimana dia bisa membuat sesuatu yang indah dari sesuatu yang horror.
Section : The Obliteration Room
Di ruangan ini, pengunjung bisa berpartisipasi dengan menempelkan sticker-sticker polkadot untuk memenuhi ruangan, proses ‘kemusnahan’ menurut Yayoi.
Yayoi Kusama adalah seorang seniman Jepang. Ketika ia masih kecil, ia mulai melihat dunia melalui sebuah layar penuh berisi polkadot mungil, yang menyelubungi apapun yang ia lihat—dinding, langit-langit dan bahkan seluruh tubuhnya. Selama lebih dari 40 tahun, ia telah membuat lukisan, patung dan karya fotografi menggunakan polkadot untuk menutupi bermacam-macam permukaan dan mengisi ruangan. Kusama menyebut proses ini ‘kemusnahan’ yang berarti hancur dan hilangnya suatu benda tanpa bekas sama sekali. Yayoi Kusama mengundangmu untuk bergabung dan bersenang-senang, menutupi seluruh mebel dan dinding di ruangan ini dengan polkadot berwarna-warni
kebayang ga sih.. kalo apapun yang sedang kita pikirkan, perlahan-lahan hilang dan musnah dimakan polkadot?
Kunjungan kedua ini saya bener-bener foto melulu sih karena sepi… sesi pertama kunjungan yang lebih merupakan ajang kontemplasi.
Saat saya share mengenai Museum Macan, ada beberapa pertanyaan yang cukup menarik, yaitu tentang bagaimana saya menikmati museum. Berikut saya bagikan sedikit hal yang seringkali saya lakukan dalam setiap kunjungan saya ke musum atau pameran seni.
- Biasanya di setiap pameran museum, di bagian depan ada kata pengantar dari kurator. Biasanya berisi latar belakang tentang karya yang dipamerkan, sempatkan waktu untuk membacanya. Setelahnya, kita bisa tau setidaknya apa sih yang mendasari seniman dalam berkarya.
- Tak hanya kata pengantar dari kurator, di setiap karya biasanya ada keterangan tentang judul karya dan biasanya ada cerita di belakangnya.
- Look closely, khusyuk dan khidmat menyimak baik-baik karya sambil membayangkan prosesnya.
- Walk slowly, but keep walking. Dengan berjalan pelan-pelan…mengelilingi semuanya kadang baru kita bisa dapat sebuah pemahaman atau mungkin bisa mengenal lebih jauh si seniman
- Bisa dilihat, sayajuga suka foto-foto di museum, tapi pahami aturan, jangan memegang karya atau memotret di ruangan yang memang dilarang untuk memotret. Pun juga hargai pengunjung lain apabila mau foto, jangan lama-lama. Karena ada pengunjung lain yang sedang khusyuk menyimak karya.
Yak… begitu lah kurang lebih, semoga berkenan yaaa 😀
Dan, minggu ini adalah weekend terakhir pameran Yayoi Kusama di Indonesia. Sempatkan hadir. Museum buka dari jam 10 pagi – 11 malam di hari Sabtu (8/9/2018) dan 10 pagi – 8 malam di hari terakhir (9/9/2018). Bisa beli tiketnya di https://ticket.museummacan.org/kusamacan ya 🙂
saya ga sempat lihat pameran ini 😦
LikeLike
Baru ini baca ulasan pameran di museum macam yang bisa bikin aku ikut terenyuh sama karyanya dan ngasih impress banget, jujur aku gak terlalu suka art karena entah kenapa aku mikirnya kok yang makin gak jelas makin bagus katanya tapi pas baca ini aku begitu menikmati , semoga ada kesempatan main kesana. Very nice review mba
LikeLike